Hari ini tanggal 9 Desember 2013, kami yang bermarkas tidak jauh dari lokasi kejadian mendengar orang berteriak-teriak “ada kabakaran .. ada kebakaran ..  ” terlihat asap hitam mengepul tinggi. Kemudian ada pengendara motor yang mengabarkan bahwa ada kejadian Truk Tangki BBM Ketabrak Kereta Api dari arah serpong.

Ternyata tabrakan maut tersebut tidak hanya melibatkan truk tengki pertamina saja, ada motor juga yang tertabrak dan di perlintasan rel kereta api Bintaro Ulu Jami (pesanggrahan) tersebut memang kerap sekali terjadi kemacetan di tengah rel, karena selain lebar jalan yang sangat tidak memadai dengan kapasitas lalu lintas kendaraan disitu juga ada pertigaan ke arah ulujami dan didepannya ada pasar bintaro yang banyak angkot berhenti naik turunkan penumpang.

Kenapa Tabrakan di Rel Kereta Bintaro Sering Terjadi ?

Selain infrastruktur jalan yang kurang memadai dengan kapasitas lalu lintas di wilayah tersebut, jalur rel ganda tersebut juga dalam posisi sedikit menikung, sekilas mungkin para pengendara berpikir “ahh .. masih lama keretanya” karena memang tidak terlihat .. akan tetapi begitu dalam posisi macet truk tangki BBM tersebut berada di tengah rel, sedangkan di depannya ada pertigaan yang juga banyak angkot turun naik penumpang dengan centeng para preman-preman yang entah dari mana mereka asalnya (yang saya tau hanya ada 1 orang sekitar sini yang “nge timer” angkot disana”).

Pintu pengaman lintasan rel juga tidak akan mungkin dapat di tutup jika dalam kondisi macet dimana terlalu banyak motor dari tiga arah jalan. Sehingga penjaga pintu rel berusaha menertibkan para pengendara jalan agar palang pintu rel dapat ditutup akan tetapi hari ini penjaga pintu rel tersebut gugur menjadi korban keacuhan pemerintah.

Video Tabrakan Kereta dan Truk Tangki Pertamina di Bintaro Permai

Tragedi Bintaro Tahun 1987

Terjadi pada Hari Senin juga, tanggal 19 Oktober. Kebetulan saat itu saya masih berumur 5 tahun dan pindah ke Bekasi, jadi hanya mengetahui kejadian tersebut setelah dewasa. Menurut keterangan teman-teman saya disini kejadian 26 tahun yang lalu itu banyak memakan korban jiwa dan sampai-sampai sekolahan dan balai rakyat di Bintaro Permai III itu jadi tempat mayat bergelimpangan baik utuh maupun tidak utuh.

Dan tahun-tahun kemudian, sepupu saya juga turut menjadi korban tabrakan Kereta dan Angkot (beliau di angkot), dan juga teman kakak saya yang tertabrak saat menyeberang rel kereta bintaro.

Bagaimana cara mencegah supaya tragedi tabrakan kereta di Bintaro ?

Musibah tidak ada yang tau, akan tetapi harusnya bisa dicegah demi keselamatan penumpang kereta dan juga pengendara jalanan. Berikut beberapa upaya untuk mencegah supaya tragedi kereta bintari tidak berulang kembali:

  • Membangun Fly Over (biaya kira-kira 12 milyar rupiah sampai 25 milyar)
  • Melebarkan Jalan masing-masing jalur sekurangnya 3 meter, ini masih sangat memungkinkan saat ini di Bintaro Raya karena jarak bangunan dengan jalanan masih lebih dari 3 meter, tunggu apa lagi pemerintah ? 
  • Memagarkan rel kereta dari Ulu Jami sampai Rawa papan.
  • Kalau pemerintah masih pelit juga, PT. KAI bisa merubah palang pintu menjadi pagar teralis seperti pagar rumah jika ada kereta.
  • Memasang CCTV di daerah rawan kecelakaan tabrakan kereta dan di panel masinis dipasangkan monitor untuk pantau kondisi dengan jarak minimal untuk melakukan penghentian kereta.
  • Memasang rem otomatis jika dalam jarak tertentu masih ada kendaran di atas rel, ini bisa saja dengan memberikan timbangan jalan dan dengan perhitungan jarak lintasan kereta maka kereta otomatis melakukan pengereman.

Apa yang dilakukan para pejabat di TV ?

Seperti dapat dilihat di Metro TV

  • Dirut PT. KAI melakukan pencitraan dengan mengabarkan bahwa Masinisnya turut jadi korban, berapa sih gaji masinis ? lebih besar gaji masinis dong harusnya dibanding pejabat di KAI.
  • Direktur Keselamatan PT. KAI ketika ditanya oleh reporter Metro TV yang bernama Andini Effendi tentang pengamanan di lintasan rel kereta tersebut dia hanya menjawab sudah sesuai prosedur, apanya yang sesuai ? jika pintu palang tidak dapat ditutup atau masih bisa terjadi kemacetan di tengah perlintasan kereta.
  • Menteri Perhubungan, dia “mengimbau” pengendara motor untuk tidak terobos lintasan rel yang sudah ada suara peringatan ada kereta mau lewat, tentu ini tidak ada gunanya ..

Kesemua tersebut diatas seperti Pencitraan dan Lepas Tanggung Jawab bukan ? inilah kondisi pemerintahan kita saat ini yang dipimpin oleh Penipuan dan Kesombongan.

Lantas apa yang dapat kita lakukan agar tidak tertabrak kereta ?

  • Jangan terobos pintu rel kereta bahkan kalau belum di tutup, santai saja tunggu sampai ditutup dan dibuka kembali.
  • Jika pintu lintasan kereta sudah dibuka, dan kondisi jalan macet maka tunggu sampai kondisi jalan di depan anda bisa melewati rel kereta tersebut. Ini sering saya lakukan, walaupun di belakang saya marah-marah sampai tendang bemper mobil.

Demikianlah kisah tragedi Bintaro yang kesekian kalinya. Semoga para pembaca dapat menyebarkan informasi ini agar supaya tidak terjadi lagi korban jiwa karena kealpaan pemerintah mengamankan rakyatnya.

Update per 2017:

Saat ini pemerintah tengah membangun Fly Over untuk mengatasi kemacetan di perlintasan kereta api Ulu Jami, Bintaro. Proyek pembangunan fly over ini diperkirakan selesai di akhir tahun 2018. Semoga tragedi Bintaro tidak ada lagi setelahnya.

Pin It on Pinterest

Share This