Seperti pada pemerintahan dimana semua urusan 250 juta orang di kelola setiap hari menggunakan komputer desktop ataupun notebook yang terhubung ke berbagai jaringan dan sistem aplikasi pada data center instansi pemerintahan tersebut. Saat terjani bencana atau kegagalan sistem, kini mitigasi bencana IT dapat dilakukan dengan Virtual Desktop Infrastrucrure (VDI).

Virtualisasi desktop adalah teknologi perangkat lunak yang memisahkan lingkungan dessktop dan aplikasi perangkat lunak yang terkait seperti Operating System dari perangkan fisik (hardware) yang digunakan untuk mengakses, sehingga aktivitas Sistem Operasi komputer di akses melalui server bukan di local hard drive.

Virtual Desktop Sebagai Mitigasi BencanaPerkembangan Sistem Virtual Desktop

Mulai dari Citrix Metaframe yang banyak digunakan pada era warnet untuk clonning computer / thin client agar hemat biaya license windows, sampai ke VmWare Sphere yang digunakan untuk melakukan virtualisasi pada berbagai lingkungan sistem di data center.

Seperti di institusi keuangan, seluruh komputer yang digunakan untuk bekerja di kantor tersebut biasanya termasuk dalam infrastruktur virtual desktop. Selain sebagai solusi penghematan license dan hardisk (karena hardisk dengan perangkat jaringan jauh lebih mahal dan memakan tempat) juga untuk menjaga agar sistem utama mereka aman dari gangguan dan serba terlacak aktifitas di sistem tersebut.

Saat ini, dimana era warnet sudah berganti ke era internet yang jauh lebih murah, seluruh aktifitas bisnis baik di pemerintahan maupun komersial sudah menggunakan jalur internet untuk melayani publik di Indonesia dan luar negeri.

Infrastruktur Virtual Desktop sebagai bagian dari Mitigasi Bencana IT

Strategi mitigasi bencana atau disaster recovery planning merupakan faktor penting untuk menentukan keberlanjutan usaha dan aktifitas operasional, dengan tujuan jika terjadi bencana akibat kesalahan manusia ataupun alami maka kegagalan sistem dapat diatasi dengan akses ke lingkungan sistem dan desktop komputer kantor menggunakan sistem virtual desktop.

Virtualisasi desktop dapat digunakan bersama seluruh aplikasi dan user profile management yang disebut sebagai user virtualization (virtualisasi pengguna), dalam model ini semua komponen dari desktop adalah virtual, sehingga akses ke desktop environment di kantor dapat dilakukan dari mana saja dan menggunakan perangkat apa saja. Oleh karena itu, pendekatan ini dapat mendukung strategi pemulihan bencana desktop (desktop recovery plan) karena semua komponen dasarnya disimpat di server disaster recovery data center.

Environment desktop akan tampil ketika login ke lingkungan virtual desktop per masing-masing pegawai, dan karena tidak ada data yang di simpat di fisik komputer kantor maka semua data tersedia untuk di akses di drc site (disaster recovery center site).

Oleh karena itu khususnya untuk pemerintahan, akan lebih baik lagi jika menggunakan DRC site di lokasi yang berbeda dan di kelola oleh pihak lain, sehingga kesiapan mitigasi bencana dapat benar-benar efektif. Sebab bencana IT tidak hanya datang dari gempa, tsunami, kebakaran, dan lainnya, akan tetapi bisa jadi kegagalan sistem disebabkan kesalahan konfigurasi ataupun ada unsur kesengajaan untuk mengacau sistem data center demi kepentingan pihak tertentu.

Manfaat Infrastruktur Virtual Desktop

Secara garis besarnya, infrastruktur virtual desktop ini dapat bermanfaat untuk :

  • Memberikan standarisasi desktop environment yang dapat diakses oleh masing-masing pengguna dari mana saja.
  • Pengelolaan dan operasional desktop semakin sederhana, dan
  • Meningkatkan keamanan serta menurunkan resiko downtime hingga terhentinya sistem.

Infrastruktur virtual desktop ini dapat memudahkan pengelolaan desktop yang biasanya pada perusahaan besar atau instansi pemerintah terdapat ribuan komputer terpasang untuk bekerja. Dengan manajemen terpusat, troubleshooting, pemeliharaan, backup dan restore dapat dilakukan lebih mudah dan cepat.

Selain itu dari sisi pengguna, lingkungan kerja mereka di komputer dapat semakin cepat karena seluruh aktifitas proses sistem dan aplikasi di lakukan oleh perangkat di data center. Dan dengan metode ini keamanan dapt lebih terjaga, seperti pemblokiran akses USB dan dapat memungkinkan pengadaan komputer atau notebook tanpa hardisk sebagai thin client untuk bekerja di kantor.

Cara Kerja Virtual Desktop Sebagai Mitigasi Bencana

Kembali pada mitigasi bencana, proses yang dilakukan oleh sistem virtual desktop adalah dengan mendapat informasi dari sistem manajemen pemeliharaan terprediksi bahwa akan ada kegagalan sistem, kemudian sistem data center bersiap pada mode siaga untuk melakukan pengalihan sistem ke outsource data center (disaster recovery center / drc site).

Ketika ambang batas tercapai, secara otomatis dan dalam hitungan detik seluruh sistem sudah terhubung ke data center (dual mode operation) sehingga setelah sistem di kantor anda shutdown maka kembali ke single operation mode akan tetapi sudah melalui jalur akses ke infrastruktur disaster recover center di lokasi yang berbeda dari data center kantor anda.

Dengan demikian, selain kegagalan sistem dapat diatasi.. juga aktifitas para pegawai / karyawan tidak terganggu, dimana mereka masih dapat bekerja di rumah degan terhubung ke sistem virtual desktop tersebut. Inilah strategi mitigasi bencana yang harus dilakukan oleh seluruh pihak yang melayani publik secara luas.

Apapun penyebab kegagalan sistem, kini di dunia Internasional bahwa berlaku prinsip “kegagalan sistem tidak dapat di tolerir”, dan fenomena ini mungkin saja dapat berkembang ke ranah hukum dimana para pakar hukum dan advokat mulai mencari informasi seerta menyusun peraturan seputar hal ini.

Bencana IT akan bertambah lebih parah lagi jika perusahaan atau instansi pemerintah memakai disaster recovery center di wilayah yang sama (kurang dari 40 km) atau di wilayah yang lebih jauh ( diatas 50 km bahkan ribuan KM katakanlah seperti di data center Singapore). Disamping itu, jika operator data center tersebut tidak ada layanan managed service maka malapetaka di jaringan infrastruktur IT anda dapat semakin rumit dan tentunya biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak.

Beda dengan membangun DRC site sendiri untuk kebutuhan instansi pemerintahan atau perusahaan, prinsip independesi atau bebas kepentingan dan tanggung jawab terhadap kemanan serta keberlangsungan operasional lebih beresiko.

Kesimpulan:

Mitigasi bencana dapat diatasi dengan sistem virtual desktop yang dipasang di data center internal dan di disaster recovery center (outsource data center). Untuk efektifitas yang lebih menjamin dapat dilaksanakannya strategi mitigasi bencana untuk keberlangsungan operasional maka outsource data center memegang peranan penting, terutama untuk data center yang sudah dikategorikan siap menghadapi bencana dan memiliki team profesional yang juga melayani jasa managed service untuk melakukan pemeliharaan terprediksi serta virtualisasi desktop.

Pin It on Pinterest

Share This